Dian Sastrowardoyo berbagi pengalaman tentang titik terendah dalam hidupnya setelah memeluk agama Islam. Kejadian itu terjadi lebih dari 20 tahun yang lalu, tidak lama setelah tragedi Bom Bali 1.
Menurut kesaksiannya, suasana di Bali saat itu sangat sunyi seperti kota mati. Setelah mengadakan misi 1.000 lilin di Bali dan melakukan seremoni melarung di laut, bintang film “Ada Apa Dengan Cinta?” harus terbang ke Singapura dari Bali untuk bertemu dengan ibunya.
“Pesawat saya dari Bali sangat pagi, sekitar jam 6 atau jam 7 pagi. Saya juga lupa bahwa pada saat itu penerbangan internasional harus membayar pajak fiskal. Saat itu saya baru pertama kali melakukan perjalanan sendiri, dan koper saya belum dilengkapi dengan roda, jadi saya menggunakan tas olahraga besar. Saya membawa tas itu sendiri, beratnya mungkin sekitar 15 sampai 20 kilogram,” kenang Dian Sastrowardoyo.
“Saya berangkat dari hotel pada jam 3 pagi, dalam kegelapan, kesunyian, dan di Bali yang terasa seperti kota mati lagi. Saya diantar ke Bandara Ngurah Rai domestik, padahal seharusnya saya harus ke bandara internasional. Akhirnya saya berjalan kaki dari terminal domestik ke terminal internasional yang jaraknya sekitar 2 atau 3 kilometer,” tambahnya seperti yang dilaporkan di kanal YouTube Denny Sumargo pada Jumat (15/3/2024).
Keadaan tersebut mungkin sangat jauh dari ekspektasi orang-orang. Dian harus mandiri menghadapi kesulitan tanpa bantuan dari siapa pun selama perjalanan menuju terminal bandara.
“Saya membawa tas sendiri pada jam 3 pagi. Seorang Dian Sastrowardoyo yang baru saja memeluk Islam ini tidak ada yang mendampingi, jadi jangan bayangkan bahwa saya hidup mewah. Saya benar-benar membawa tas itu sendiri dan tidak ada manusia sepanjang mata memandang,” ungkap Dian Sastrowardoyo.
Masalah Baru di Terminal Internasional
Setelah melewati perjalanan yang sulit dan menyusuri jalan yang gelap dan sepi dengan membawa tas, tantangan Dian belum berakhir. Ketika sampai di terminal internasional, dia dihadapkan pada masalah baru.
“Saya tiba di terminal internasional. Saya melakukan check-in, tetapi saya harus membayar pajak fiskal dengan uang tunai, yang sayangnya saya tidak punya. ATM juga tidak ada di sana. Saat itu saya harus segera melakukan proses boarding karena saya sudah terlambat. Penerbangan tersebut adalah satu-satunya penerbangan ke Singapura. Singkatnya, tidak ada ATM di terminal internasional,” katanya.
Bantuan dari Tuhan
Karena merasa putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa, Dian Sastrowardoyo hanya bisa menyerahkan diri dan berdoa dengan sepenuh hati kepada Tuhan. Tanpa disangka, itulah saat pertolongan dari Tuhan datang.
“Saya sudah merasa sangat lelah, saya berkata ‘Ya Allah, tergantung kepada-Mu apakah saya bisa pergi atau tidak’. Saya merasa sangat terpuruk, hidup saya terasa hancur. Saya merasa bodoh membawa tas sendiri, tanpa siapa pun yang menemani, sendirian, saya menyerahkan diri, pasrah sambil berdoa. Tiba-tiba seorang petugas perancatoto membantu membayar pajak fiskal saya. Dia membayarnya meskipun tidak mengenal saya,” ucap aktris berusia 41 tahun itu.
Percaya akan Adanya Tuhan
Pada saat itu, dia percaya bahwa Tuhan ada dan akan selalu membantu hamba-Nya yang menghadapi kesulitan.
“Pada saat itu, saya merasa pasrah, hingga tiba-tiba saya dibantu oleh seseorang yang bekerja di sana, dan di situlah saya percaya bahwa Tuhan ada. Jika Anda berdoa, doa Anda akan dijawab, seberapa pun pasrahnya Anda dalam berdoa, Anda harus merelakan segalanya, seperti Anda akan mati,” tutup Dian Sastrowardoyo.